Review: Kakak Batik - Ka Seto
Judul : Kakak Batik
Penulis : Kak Seto
Penerbit : Bentang Belia
Tanggal terbit : Maret – 2014
Jumlah Halaman :274
Mimpiku untuk jadi dokter harus kandas setelah dua kali tidak lulus ujian masuk Fakultas Kedokteran. Mimpi hidup enak di Jakarta, kenyataannya harus rela kerja serabutan dan hidup menumpang orang. Mimpi tentang gadis itu, harus puas dengan bertepuk sebelah tangan.
Jalan impian di depanku sepertinya memang tidak lurus. Selalu ada saja tikungan. Dan, melenceng dari apa yang kita impikan mungkin tidak terlalu buruk?
Di tengah kesulitanku, tikungan jalan itu mulai terlihat. Sosok itu mengiringku pada apa yang kuraih hari ini. Mengenalkanku pada dunia baru. Pertemuan itu, senyum anak-anak itu mengubah jalan hidup ku ...
Sinopsis cerita yang akan pembaca temukan pada bagian cover belakang buku Kakak Batik.
Berawal dari keputusan Adi untuk pergi meninggalkan kampung halaman karena gagal dalam tes masuk Fakultas Kedokteran, membuat dirinya berani untuk merantau ke Jakarta. Demi memperjuangkan masa depan dan cita-cita serta mengurangi perasaan bersalah kepada ibu, sosok yang paling dicintainya. Hidup sendiri tanpa keluarga dan hanya menumpang dengan kerabat lama membuat Adi harus menekuni segala profesi mulai dari kuli panggul, tukang parkir, dan bahkan pembatu rumah tangga yang pernah di jalani demi memenuhi kebutuhan hidup di Jakarta yang terkenal keras.
Perjumpaannya dengan pak Dibyo (pak kasur, tahun 4 April 1970) merupakan awal mula perubahan dalam jalan hidupnya dan pandangan mengenai dunia anak-anak. Melalui saran pak Dibyo lah akhirnya Adi harus mengubur keinginan menjadi dokter dan beralih ke dunia psikologi. Beragam kejadian yang menyertai dalam pencapaiannya menjadi seorang sarjana. Mulai dari terancam dropout hingga kelulusannya yang tertunda akibat skripsi yang selalu mengalami perbaikan. Bahkan Adi pernah diringkus oleh polisi karena mencoba berkecimpung dalam dunia politik.
Perjalanan cintanya tak jauh beda dengan kehidupan yang dijalaninya. Perjumpaanya dengan tokoh Inna dan cinta segitiga yang mereka jalani memberikan kisah tersendiri. Kesuksesan demi kesuksesan mampu diraih Adi melalui berbagai hambatan dan rintangan yang silir berganti bagaikan jalan yang berkelok penuh dengan tanjakan dan tikungan tajam. Apakah karir dan kisah cintanya akan berkahir dengan indah? Seindah setiap senyuman yang terpancar alami dari setiap anak-anak Indonesia.
Siapa yang tidak mengenal Dr. Seto Mulyadi, Psi.Msi atau yang akrab di panggil sebagai Kak Seto? , kesuksesannya dalam menggeluti bidang psikologi serta sosoknya yang terkenal di masyarakat sebagai orang yang dekat dengan dunia anak. Melalui buku Kakak Batik , Kak seto berusaha menceritakan masa lalunya yang penuh dengan perjuangan dan kerja keras sejak usia remaja, semuanya tergambar jelas dalam tokoh Adi Witjaksono.
Beragam kasus peristiwa perlindungan anak yang sempat ditangani, seperti kasus sendal jepit, pencopetan yang berujung pada tindak kekerasan, pemerkosaan dengan korban dan pelaku yang masih remaja, dan berita tentang anak merokok yang berujung pada terror demi terror yang diberikan kepada Kak Seto semua terangkum dalam buku ini. Pesan-pesan kehidupan mampu terwakili melalui untaian kalimat- kalimat indah yang bermakna dalam di setiap babnya.
Melalui boneka si Komo (terinspirasi dari binatang langka yaitu Komodo) yang sering menemani dalam mendongeng, serta baju batik yang selalu melekat dalam berbagai aktifitas keseharian, menggambarkan sosok lainnya dari Ka Seto yang cinta akan budaya Indonesia. Tidak heran jika Kak Seto juga sering dijuluki sebagai Kakak Batik, melatar belakangi terciptanya judul buku ini.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang mencintai anak-anak” menjadi motto yang dituliskan oleh Kak Seto sendiri dalam bukunya. Beliau juga berhasil mendirikan beberapa taman kanak-kanak dan yayasan yang menangani anak-anak difabel serta anak yang terlahir kembar. Merupakan salah satu wujud dalam mengemban amanah dan tanggung jawab atas nasib anak-anak Indonesia pada masa yang akan datang. Memang sudah seharusnya perubahan yang diberikan harus berdasarkan panggilan hati, bukan hanya keinginan atau kata-kata manis yang tidak dapat direalisasikan.
0 komentar:
Posting Komentar